Jos! Jokowi ‘Kebanjiran’ Uang di Akhir Tahun

redaksiutama.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal ‘kebanjiran’ uang di akhir tahun ini. Tercermin dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) hingga 14 Desember 2022 yang sebesar Rp 232,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, hingga 14 Desember 2022, kinerja APBN positif dengan mencatat pendapatan negara mencapai Rp 2.479,9 triliun atau telah mencapai 109,4% dari target yang telah ditetapkan dalam Perpres 98/2022 yang sebesar Rp 2.266,2 triliun.

“Pendapatan negara melanjutkan kinerja baik dan tumbuh 36,9% (year on year/yoy), ditopang kenaikan harga komoditas, dan pemulihan ekonomi yang terjaga,” jelas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, pekan lalu.

Secara rinci, pendapatan negara bersumber dari penerimaan pajak yang sudah mencapai Rp 1.634,4 triliun hingga 14 Desember 2022 atau mencapai 110,1% dari target sebesar Rp 1.485 triliun. Realisasi penerimaan pajak tersebut juga tumbuh 41,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Kinerja penerimaan pajak yang baik juga masih dipengaruhi oleh tren peningkatan harga komoditas, pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, serta implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) seperti tarif PPN, PMSE, serta pajak fintech dan kripto.

Kemudian dari sisi penerimaan kepabeanan dan cukai, mencapai sebesar Rp 293,1 triliun atau telah mencapai 98% dari target Rp 299 triliun atau tumbuh 20% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai dengan 14 Desember mencapai Rp 551,1 triliun atau telah mencapai 114,4% dari target yang sebesar Rp 481,6 triliun.

Jika dibandingkan tahun lalu, realisasi PNBP tumbuh 33,2% (yoy) atau meningkat Rp 137,4 triliun dari tahun sebelumnya, yang terutama didorong dari pendapatan SDA, KND, dan PNBP lainnya

“Dengan masyarakat dan ekonomi yang dipulihkan dan dilindungi, maka masyarakat dan ekonomi bisa memulihkan lagi kesehatan APBN. Siklus ini lah yang disebut siklus positif,” jelas Sri Mulyani.

Dari sisi belanja negara, hingga 14 Desember 2022 telah terealisasi sebesar Rp 2.717,6 triliun atau telah mencapai 87,5% dari target APBN 2022 dalam Perpres 98/2022 yang sebesar Rp 3.106,4 triliun.

“Artinya kalau teralisir semua masih ada Rp 400 triliun sekitar atau kurang sedikit yang akan dibelanjakan tahun ini sampai akhir Desember,” tutur Sri Mulyani.

Belanja Kementerian Lembaga (KL) Rp 954,4 triliun (100,9% dari pagu), belanja non K/L sebesar Rp 1.013,5 triliun (74,7% dari pagu), dan transfer ke daerah sebesar Rp 749,7 triliun (93,2% dari pagu).

Dari sisi kesimbangan primer, surplus Rp 129 triliun. Namun overall APBN hingga 14 Desember 2022 defisit Rp 237,7 triliun atau 1,22% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Realisasi defisit APBN hingga 14 Desember 2022 tersebut lebih kecil dari proyeksi pemerintah di dalam Perpres 98/2022 yang mencapai Rp 840,2 triliun atau 4,5% dari PDB. Juga lebih kecil dibandingkan 14 Desember 2021 yang sebesar Rp 617,4 triliun atau 3,64% dari PDB.

“Dengan situasi ini dan pembiayaan yang menurun drastis akibat defisit yang menurun drastis, membuat APBN sehat kembali,” jelas Sri Mulyani.

Realisasi pembiayaan hingga 14 Desember 2022, mencapai Rp 439,9 triliun jauh lebih rendah atau turun 28,5% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 656,8 triliun. Juga jauh lebih rendah dibandingkan target di dalam Perpres 98/2022 yang sebesar Rp 840,2 triliun.

Anggaran yang belum terpakai akan masuk ke dalam Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) saat tutup buku. Hingga 14 Desember 2022 SILPA tercatat mencapai Rp 232,2 triliun.

Sementara dari data Kementerian Keuangan, SILPA 2021 baru digunakan sebagian dan menyisakan Rp 165 triliun.

error: Content is protected !!