Bertemu di Yordania, Menlu Iran-Arab Saudi Lakukan Pembicaraan Hangat

redaksiutama.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian baru saja melakukan ‘pembicaraan hangat’ dengan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhad al-Saud dalam pertemuan di Yordania .

Pembicaraan kedua Menlu itu berlangsung meskipun Teheran berulang kali menuduh Riyadh turut mengobarkan unjuk rasa besar-besaran yang marak di Iran selama beberapa bulan terakhir.

Seperti dilansir AFP, Rabu (21/12/2022), Yordania menjadi tuan rumah konferensi ‘Baghdad II’ yang digelar pada Selasa (20/12) waktu setempat, yang menyatukan para pemain kunci Timur Tengah dan internasional, termasuk Iran dan Saudi yang bermusuhan, dalam upaya meredakan ketegangan kawasan.

“Di sela-sela pertemuan itu, saya memiliki kesempatan untuk melakukan pembicaraan bersahabat dengan beberapa mitra saya, termasuk para Menteri Luar Negeri dari Oman, Qatar, Irak, Kuwait dan Arab Saudi,” tutur Amir-Abdollahian dalam pernyataannya.

“Menteri Saudi memastikan kepada saya soal kesiapan negaranya untuk melanjutkan dialog dengan Iran,” sebutnya.

Unjuk rasa besar-besaran melanda berbagai wilayah Iran sejak kematian seorang wanita muda bernama Mahsa Amini (22) pada 16 September lalu. Amini dilaporkan meninggal dunia setelah ditahan polisi moral atas dugaan melanggar aturan hijab yang berlaku secara ketat di negara tersebut.

Otoritas Iran menyebut unjuk rasa itu sebagai kerusuhan dan melaporkan ratusan orang tewas dalam rentetan kekerasan di jalanan selama kerusuhan berlangsung. Ribuan orang ditangkap otoritas Iran terkait unjuk rasa yang awalnya memprotes kematian Amini , namun meluas menjadi seruan antirezim Teheran tersebut.

Iran menuduh ‘musuh-musuhnya’ yang dipimpin Amerika Serikat (AS) sebagai pihak asing yang mengobarkan unjuk rasa itu. Para pejabat Teheran juga menyebut adanya peran Saudi dalam mendanai media berbahasa Persia di luar negeri yang ‘bermusuhan’.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Pada November lalu, juru bicara Kementerian Iran Nasser Kanani menyerukan kepada Saudi untuk mengubah perilakunya yang ‘tidak bersahabat’. Menteri Intelijen Iran Ismail Khatib bahkan memperingatkan negara-negara tetangga Iran, termasuk Saudi, bahwa akan ada balasan atas langkah apapun yang memicu kekacauan di negaranya.

Saudi diketahui memutuskan hubungan resmi dengan Iran sejak Januari 2016, setelah kantor Kedutaan Besarnya di Teheran dan Konsulat di Mashhad diserang para demonstran menyusul eksekusi mati yang dilakukan Riyadh terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr.

Sejak April 2021, Irak menjadi tuan rumah bagi serentetan pertemuan antara para pejabat keamanan Iran-Saudi yang dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan yang memburuk. Pembicaraan itu terhenti sejak beberapa bulan terakhir, dengan tidak pertemuan yang diumumkan secara publik sejak April 2022.

Iran yang didominasi Syiah dan Saudi yang didominasi Sunni mendukung pihak-pihak yang berseteru dalam sejumlah konflik di kawasan, terutama di Yaman, di mana Riyadh memimpin operasi militer mendukung pemerintahan Yaman sedangkan Tehran mendukung pemberontak Houthi yang menguasai ibu kota Sanaa.

error: Content is protected !!