redaksiutama.com – Ketika bicara soal perubahan iklim, Bill Gates menyebut dirinya seorang realis, meskipun harus mengakui bahwa dunia tak mungkin lagi mencapai target pemanasan global 1,5 derajat Celsius.
Target 1,5 derajat Celsius ditetapkan negara-negara di dunia dalam Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi suhu pemanasan global maksimal pada angka itu, yakni di atas suhu rata-rata sebelum era Revolusi Industri.
Mengingat “keseluruhan skala ekonomi industri, kita bakal harus berusaha sangat keras untuk tetap berada di bawah 2 derajat Celsius,” kata Gates.
“Bagaimana dengan capaian target 1,5 derajat Celsius? Tak seorang pun mau menjadi yang ‘pertama mengatakannya’, tetapi perhitungan menunjukkan target itu sudah di luar jangkauan,” ujarGates dalam wawancara dengan Reuters.
Pengembang peranti lunak yang kini menjadi dermawan itu selalu optimistis tentang inovasi iklim.
Dia berkecimpung di beberapa bidang yang memajukan teknologi rendah karbon dengan dana dari Breakthrough Energy Group yang dia dirikan pada 2015.
Gates telah berinvestasi lebih dari 2 miliar dolar AS (sekitar Rp31,3 triliun) untuk mengembangkan teknologi iklim, termasuk penangkap karbondiokasida(CO2) di udara (Direct Air Capture/DAC), energi surya dan fisi nuklir.
TerraPower, perusahaan fisi nuklir milik Gates yang sudah berjalan 14 tahun di bawah Breakthrough, berencana menjalankan sebuah reaktor simulasi pada 2030.
Hal-hal semacam ini perlu waktu, kata salah satu pemilik Microsoft itu.
Gates berbicara dengan Reuters menjelang penerbitan surat tahunannya, yang merefleksikan tahun 2022 dan menjelaskan apa yang paling menarik bagi dirinya pada tahun depan.
Dia telah memberikan dana hibah senilai 20 miliar dolar AS ke Gates Foundation, yang berencana menaikkan anggaran sumbangan bagi kesehatan dan pendidikan publik dari 6 miliar menjadi 9 miliar dolar AS dalam beberapa tahun mendatang.
Dia juga memuji Warren Buffett atas kontribusinya, yang menurut Gates nilainya mencapai 45 miliar dolar AS sejak 2006, dalam bentuk saham di usaha konglomerasi milik Buffet, Berkshire Hathaway.
Namun, Breakthrough Energy, beroperasi secara terpisah dari badan amal Gates Foundation.
Dalam suratnya kepada pemegang saham, Gates menjelaskan bahwa masalah iklim terlalu besar untuk ditangani secara filantropi sendirian.
“Tidak ada cukup uang, jadi Anda harus memiliki inovasi,” katanya kepada Reuters.
“Gagasan bahwa hal itu (pencapaian target 1,5 derajat Celsius) dapat dilakukan secara membabi buta, tidaklah mungkin,” ucapnya.
Perusahaan-perusahaan memerlukan investasi dan dukungan teknis untuk membuktikan gagasan rendah karbon mereka melampaui fase awal dan kemudian meningkatkan produksinya, kata dia.
Namun, lanjutGates, semua keuntungan Breakthrough Energy dikembalikan kepada kelompoknya atau ke yayasan.
Beberapa perusahaan di bawah Breakthrough yang mengembangkan DAC, teknologi yang dirancang untuk mendorong CO2 langsung ke atmosfer, baru-baru ini mengikuti tender proyek senilai 3,5 miliar dolar AS di Amerika Serikat untuk membangun fasilitas DAC dan mendanai hibah bagi penelitian.
“Kami punya sejumlah perusahaan Direct Air Capture yang akan mengikuti tender untuk menjadi bagian dari proyek tersebut,” katanya.
Gates mengatakan bahwa Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang disahkan baru-baru ini telah meningkatkan prospek bagi inovasi iklim.
Di sektor manufaktur, industri baja dan semen telah mencapai kemajuan yang “fantastis”, katanya, seraya mengaku bahwa dua tahun lalu dia mengkhawatirkan sektor itu.
Manufaktur menyumbang sekitar sepertiga emisi gas buang secara global.
Dengan target 1,5 derajat Celsius, dia mengatakan bahwa tantangannya sedang bergeser ke arah bagaimana membantu masyarakat beradaptasi dengan masa depan yang lebih keras dan lebih panas.
“Selain mitigasi, yang akan tetap menjadi bagian terbesar (dari investasi Breakthrough Energy), kami juga akan mendanai pekerjaan yang terkait dengan adaptasi,” kata Gates.
Pekerjaan itu, kata dia, mencakup teknologi untuk membantu mengendalikan kebakaran hutan, menggunakan struktur batu karang untuk menciptakan penghalang banjir, atau mengembangkan jenis tanaman pertanian yang tahan kekeringan.
Sumber: Reuters