redaksiutama.com – Mengutip infografik yang dikeluarkan Kim Garst, seorang konsultan personal branding, pada pertengahan 2015, orang-orang seperti pengunggah foto cecak dalam tiramisu hanya sebanyak 49 persen.
Mereka adalah orang-orang yang berbagi atau share karena ingin memberitahukan informasi penting dan berharap orang-orang terdorong untuk beraksi (atau bereaksi).
Jauh lebih banyak jumlahnya orang-orang yang share karena ingin menunjukkan dukungan pada sesuatu yang mereka percaya dan yakini, yaitu 84 persen. Inilah penyebab utama hingga sesuatu bisa menyebar.
Sebuah penelitian diungkap Daily Mail pada 2014, bahwa di luar segala popularitas tentang media sosial sebagai alat untuk berbagi, kita seharusnya tetap memilih alat komunikasi tradisional saat berbagi kabar buruk atau sesuatu yang mungkin berdampak buruk.
“Berbagi di media sosial sangat luas dampaknya,” kata penulis studi, Catalina Toma, profesor dalam bidang seni komunikasi.
“Ini hampir seperti sesuatu yang tidak (terlalu) nyata hingga Anda mulai memberitahukannya kepada seseorang,” imbuhnya.
Kejadian menggigit cecak itu pun sesungguhnya bisa saja selamanya hanya menjadi mimpi buruk yang tidak perlu diumumkan, sehingga begitu nyata dan memberi dampak begitu luas.
“Segera memberitahukan kabar gembira kepada orang-orang lewat media sosial bisa membuat Anda lebih bahagia,” ujar Toma.
“Namun, jika Anda sedih karena melalui pengalaman buruk di dokter gigi atau sedih karena bertengkar dengan pasangan, Anda tidak akan merasa lebih baik,” lanjutnya.