redaksiutama.com – Tak cuma menjadi beban ekonomi, penyakit osteoporosis juga menciptakan beban sosial sebab perawatannya kerap memakan waktu panjang dan melibatkan peran orang-orang di sekitar pasien. Saat ini, ada sekitar 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia.
“Perawatan osteoporosis lama sekali, bisa bikin beban sosial kepada keluarga yang merawat,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Lily Indriani Octovia, MT, M.Gizi, Sp.GK(K) di acara “Anlene Lawan Osteoporosis” di Jakarta, Kamis.
Perawatan yang membutuhkan waktu panjang itu, kata Lily, tak cuma memakan biaya besar, tetapi juga menciptakan kelelahan untuk orang yang merawat pasien yang umumnya merupakan anggota keluarga.
“Waktu perawatan yang lama bisa bikin caregiver lelah karena menghadapi beban penyakit kronis,” katanya.
Kondisi pasien osteoporosis yang terbaring di tempat tidur akan membuat mereka sulit untuk beraktivitas dan dapat menimbulkan penyakit-penyakit baru karena tak bisa bergerak leluasa.
Oleh karena itu, mencegah osteoporosis sejak dini penting bagi masyarakat Indonesia sebab penyakit ini tidak bergejala dan bisa jadi baru disadari ketika tulang sudah keropos.
Lily mengatakan asupan protein seperti dari tempe, tahu dan susu penting untuk dikonsumsi, begitu juga vitamin D yang didapat dari cahaya matahari.
Keterbatasan ruang gerak akibat pandemi COVID-19, ujar dia, tidak boleh menjadi alasan dari rasa malas untuk bergerak dan berolahraga.
Olahraga dapat dilakukan minimal 30 menit per hari sebanyak tiga sampai lima kali setiap pekan yang meliputi aerobik, latihan kekuatan, kelenturan dan keseimbangan.
Kemudahan untuk mendapatkan makanan dari layanan pesan antar yang menjamur beberapa tahun belakangan ini juga harus dibarengi dengan kesadaran untuk memilih makanan yang sehat bagi tubuh.