redaksiutama.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai bahwa perempuan memiliki peran sangat vital mencegah masuknya paham-paham radikal atau terorisme dalam keluarga.
Kasubdit Pengawasan BNPT Kolonel (Mar) Edy Cahyanto, di Kupang, Jumat, mengatakan bahwa seorang ibu bisa menjadi rekan dialog anaknya.
“Tak hanya itu, seorang istri juga bisa menjadi rekan diskusi suaminya dalam berbagai hal,” katanya, dalam Seminar Perempuan TOP Viralkan Perdamaian yang digagas oleh BNPT NTT, di Kota Kupang.
Tak hanya dalam keluarga kecil, tetapi peran perempuan itu juga sangat penting dalam mencegah paham radikal di masyarakat umum, katanya pula.
Ia menjelaskan biasanya lingkungan keluarga itu sangat rentan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan paham radikal. Karena itu, perempuan khususnya ibu di dalam rumah tangga juga bisa menjadi filter atau pendeteksi awal masuknya kejanggalan-kejanggalan tersebut.
Edy menambahkan bahwa biasanya yang rentan terpapar aliran radikalisme itu anak, karena itu orangtua tentu mempunyai tugas dalam mencegah hal tersebut.
“Tetapi sekali lagi saya sampaikan bahwa posisi perempuan, yakni sebagai ibu secara emosional lebih memiliki kedekatan terhadap anaknya. Karena itu, kunci penanaman karakter dan jati diri anak banyak bertumpu pada peran perempuan,” ujar dia.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak NTTdrg Lien Andryani justru menilai bahwa perempuan pun rentan terpapar terorisme dan paham-paham radikal.
“Perempuan selain menjadi korban, juga menjadi pelaku terorisme,” kata dia pula.
Hal itu, menurutnya lagi, karena pengguna media sosial terbesar adalah ibu-ibu yang adalah kaum perempuan. Di dalam media sosial itu banyak terdapat hal-hal yang berkaitan dengan ajaran radikalisme.
Karena itu, jika tidak dimanfaatkan secara baik, berbagai paham itu akan masuk dan mempengaruhi pemikiran ibu.
Dia mengingatkan, jika ibu sudah terpapar ajaran radikalisme, maka, keluarga pun perlahan-lahan akan disusupi paham-paham tersebut.