redaksiutama.com – Korea Utara tembakkan rudal balistik jarak pendek, melakukan serangan artileri, dan menerbangkan jet tempur di dekat perbatasan dengan Korea Selatan pada Jumat (14/10/2022).
Korea Utara telah secara signifikan meningkatkan peluncuran rudal dan latihan militer dalam beberapa pekan terakhir.
Merepons tindakan tersebut, Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) mengatakan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un hampir melakukan apa yang akan menjadi uji coba nuklir ketujuh negara itu.
Militer Korea Utara mengatakan dalam sebuah pernyataan langka bahwa tindakan terbarunya datang sebagai tanggapan atas latihan artileri Korea Selatan yang “provokatif” di dekat perbatasan.
“Tentara Rakyat Korea mengambil tindakan militer yang kuat,” ungkap sebuah pernyataan yang diberitakan Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) pada Jumat pagi.
Dalam pernyataan itu, disampaikan Korea Utara mengeluarkan peringatan keras kepada militer Korea Selatan yang menghasut ketegangan militer di daerah garis depan dengan tindakan sembrono.
Militer Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi peluncuran rudal balistik dari daerah Sunan di Pyongyang pada Jumat pagi, hanya beberapa jam setelah Pyongyang menerbangkan 10 jet tempur di dekat perbatasan antar-Korea.
Jet Korea Utara melintasi “garis pengintaian” yang ditetapkan Korea Selatan yang memicu respons operasional otomatis.
Korea Selatan kemudian menerbangkan pesawat militer, termasuk jet tempur F-35A.
“Korea Utara juga menembakkan sekitar 170 tembakan artileri ke perairan lepas pantai timur dan baratnya, melanggar zona penyangga maritim yang disepakati dalam kesepakatan 2018,” kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, sebagaimana dikutip dari Kantor berita AFP.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengutuk apa yang digambarkan sebagai rentetan “tindakan bermusuhan” semalam, memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa provokasi semacam itu akan membawa konsekuensi.
Korea Selatan juga memberlakukan sanksi sepihak pertamanya dalam lima tahun pada Jumat, menargetkan individu dan institusi Korea Utara.
Amerika Serikat juga mengutuk peluncuran rudal balistik lainnya, dengan mengatakan bahwa itu – seperti banyak peluncuran baru-baru ini lainnya – melanggar berbagai sanksi PBB.
“Kami terus mengupayakan dialog yang serius dan berkelanjutan dengan DPRK, tetapi DPRK menolak untuk terlibat,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, merujuk pada Korea Utara dengan nama resminya.