BukuWarung Jembatani Akses Pendanaan UMKM


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu penopang ekonomi Indonesia yang memberikan kontribusi signifikan pada produk domestik bruto (PDB) dan menyerap banyak tenaga kerja. Namun, akses permodalan institusional bagi pelaku UMKM masih sangat minim.

Menurut laporan bertajuk Disruption Diaries: SME Banking and Lending dari Mambu (2022), UMKM di Indonesia sangat bergantung pada dana pribadi untuk meluncurkan bisnis mereka. Data menunjukkan dalam lima tahun terakhir, mayoritas (57%) UMKM memulai usaha mereka dengan dana yang diperoleh dari teman dan keluarga, sementara 41% menggunakan dana pribadi.

Romy Williams, Vice President of Operations BukuWarung menyampaikan bahwa pelaku UMKM yang ingin naik kelas dan menambahkan modal usaha dengan pinjaman dari bank dan perusahaan pembiayaan (multifinance) sering terhambat oleh proses aplikasi pendanaan yang berbelit-belit. Bank dan perusahaan multifinance umumnya melakukan penilaian risiko kredit yang berpegang pada prinsip 5C yang meliputi character (karakter), capacity (kapasitas), condition (kondisi), capital (modal), dan collateral (agunan/jaminan).

“Sementara, masih banyak UMKM di Indonesia yang tidak memiliki kapasitas untuk melakukan pencatatan keuangan secara teratur dan tidak memiliki modal atau aset yang besar, sehingga tidak memiliki jaminan yang mencukupi untuk mengajukan pinjaman,” jelasnya.

Seiring dengan perkembangan inovasi keuangan digital, penilaian risiko kredit kini dapat dilakukan pula oleh penyelenggara fintech peer-to-peer (P2P) lending untuk dapat melayani pelaku UMKM yang masih belum tersentuh pembiayaan perbankan atau lembaga keuangan non-bank. Melalui kriteria evaluasi dan persetujuan pengajuan pinjaman yang ketat, fintech P2P lending menggabungkan metode evaluasi yang digunakan institusi keuangan konvensional dengan metode inovatif terkini.

Sejak 2021, BukuWarung telah bekerja sama dengan mitra yang telah mendapat izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Perusahaan Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi untuk memberikan solusi permodalan. “Kerja sama tersebut memungkinkan BukuWarung untuk menjadi jembatan pembuka akses pinjaman, melalui program Solusi Modal Usaha, agar UMKM menggapai kesuksesan finansial,” ujarnya.

Kerangka penilaian pinjaman bagi UMKM didapat dari pencatatan transaksi di aplikasi BukuWarung, kemudian dituangkan ke dalam Scoring Grade fintech peer-to-peer dan juga melalui validasi data dan cek lapangan. Solusi Modal Usaha memungkinkan para pelaku UMKM untuk bisa mengajukan pinjaman tanpa agunan hingga Rp 25 juta dari BukuWarung dengan tenor hingga 30 hari dengan syarat mempunyai bisnis yang setidaknya sudah berjalan selama enam bulan.

Dalam jangka waktu Februari 2021 hingga 21 Juni 2022, BukuWarung telah membantu lebih dari 6,000 UMKM untuk mendapatkan total pendanaan sebesar Rp 139 miliar. Kondisi pemulihan pasca pandemi COVID-19 mendorong pelaku UMKM untuk terus mengembangkan usahanya.

Hal tersebut terbukti dari peningkatan permintaan pinjaman sebanyak 2x dan kenaikan pendanaan sebesar 118 persen dari bulan Juli ke Agustus 2021. Kini terdapat 6.416 merchant yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia yang telah menggunakan Solusi Modal Usaha BukuWarung. “Mereka dapat memanfaatkan pendanaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan usaha seperti pengadaan peralatan usaha, biaya pemasaran, penambahan stok barang, atau penyewaan lokasi usaha,” lanjut Romy.

BukuWarung mempunyai visi dan misi menjadi sebuah sistem operasi untuk usaha mikro, kecil dan menengah serta mempercepat kesuksesan finansial bagi UMKM di Indonesia. Berdiri sejak 2019, BukuWarung telah digunakan lebih dari 7 juta pelaku UMKM di Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id

Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!