redaksiutama.com – Presiden Belarus Alexander Lukashenko memberlakukan larangan kenaikan harga secara penuh yang secara langsung aktif di hari pengumumannya, untuk mengekang inflasi yang melonjak.
Sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dikenal dengan kebijakannya yang tidak biasa, berusaha mati-matian mengendalikan harga konsumen yang telah meroket 18 persen terhitung sejak tahun lalu.
Lukashenko sebelumnya telah menawarkan saran radikal, seperti minum vodka setiap hari untuk menangkal virus corona.
Pada pertemuan dengan pejabat pada Kamis (6/10/2022), pemimpin Belarus itu mnegatakan bahwa “Mulai 6 Oktober, semua kenaikan harga dilarang. Terlarang!”
“Dari hari ini. Bukan mulai besok, mulai hari ini. Sehingga harga tidak boleh naik dalam 24 jam ke depan,” tegasnya sebagaimana dilaporkan Daily Mail pada Jumat (7/10/2022).
Belarus telah terkena gelombang sanksi Barat karena membantu Putin dalam serangan ke Ukraina, dan sanksi yang juga dikenakan Barat menambah kesulitan ekonomi negara bekas Soviet itu.
Lukashenko dilaporkan mengizinkan wilayahnya digunakan oleh pasukan Moskwa untuk melancarkan kampanye militer mereka melawan Kiev pada Februari.
Dalam pengumuman larangan kenaikan harga “diktator terakhir Eropa” itu menambahkan: “Daging, produk susu, unggas… semakin mahal. Di Minsk terjadi kekurangan telur dalam beberapa hari terakhir.”
“Tugasnya adalah kembali ke tingkat inflasi 7-8 persen tahun depan,” tambahnya.
Kontrol harga telah diberlakukan oleh pemerintah lain di seluruh dunia dengan keberhasilan yang terbatas, seringkali pada produk tertentu.
Sebagian besar ekonom mengatakan bahwa membatasi harga secara artifisial di pasar bebas menyebabkan kekurangan atau lonjakan aktivitas di pasar gelap.
Sementara itu, perusahaan tidak menghasilkan banyak uang dan permintaan meningkat karena harga yang lebih rendah tidak dapat ditandingi oleh penawaran.
Kritikus mengatakan kebijakan larangan kenaikan harga justru bisa membatasi inovasi dan pertumbuhan, dan antrian panjang untuk barang-barang penting bisa segera muncul di seluruh Belarus.
Dunia saat ini sedang berjuang melawan kenaikan inflasi dan krisis biaya hidup yang diperburuk oleh pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina .
Proyeksi muram ekonomi dunia
Pada Kamis (6/10/2022), Dana Moneter Internasional kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia lebih rendah sebesar 4 triliun dollar AS hingga 2026.
Kristalina Georgieva, direktur pelaksana IMF, mengatakan kepada audiensi di Universitas Georgetown bahwa “segalanya cenderung menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik.”
Bank sentral di seluruh dunia juga menaikkan suku bunga dengan harapan menjinakkan kenaikan inflasi.
“Risiko resesi meningkat,” kata Georgieva, menambahkan bahwa IMF memperkirakan bahwa negara-negara yang membentuk sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi ekonomi tahun ini atau tahun depan.
Sementara itu dalam pidato yang disiarkan televisi dari pertemuan dengan pejabat pemerintah Rusia pada Kamis (6/10/2022), Putin mengatakan permintaan konsumen tetap lemah dan dia memperkirakan tekanan sanksi terhadap ekonomi Rusia akan meningkat.
“Secara umum, situasi di sini stabil,” kata Putin. “Pada saat yang sama, penting untuk dipahami bahwa tekanan sanksi terhadap Rusia hanya akan meningkat.”
Barat memukul Moskwa dengan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari, dalam apa yang disebutnya ‘operasi militer khusus’.
Tetapi ekonomi Rusia telah menentang beberapa prediksi dari analis Barat, yang memprediksi negara itu menghadapi pukulan 15 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun ini.
Kementerian Ekonomi Rusia sekarang memperkirakan kontraksi 2,9 persen pada 2022.