Restorasi Ekosistem Riau Catat Kemajuan dalam Perbaikan Hutan Rawa Gambut Utuh di Sumatera

redaksiutama.com – rogram Restorasi Ekosistem Riau (RER) mencatatkan kemajuan dalam upaya menjaga dan melindungi lahan gambut , meski dijalankan di tengah tantangan akibat pandemi Covid-19. Lahan ini merupakan habitat bagi flora dan fauna yang dilindungi.

Kemajuan tersebut terangkum dalam Laporan Kemajuan RER 2021. Untuk diketahui, RER merupakan program restorasi ekosistem yang diinisiasi produsen serat, pulp, dan kertas APRIL Group sejak 2013.

APRIL Group yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, merupakan bagian dari Royal Golden Eagle (RGE) yang mengelola sekelompok perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam (SDA) dan beroperasi secara global.

Melalui RER, berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengonservasi ekosistem di lahan gambut, menjaga stok karbon , serta melestarikan keanekaragaman hayati di lahan konsesi seluas 150.693 hektare (ha) di Riau.

External Affairs Director RER Nyoman Iswarayoga mengatakan, kegiatan perlindungan dan pemulihan terpadu yang dilakukan RER merupakan bentuk komitmen APRIL Group dalam mendukung upaya restorasi hutan nasional.

“Kegiatan perlindungan dan pemulihan terpadu yang dilakukan RER merupakan bentuk komitmen kami dalam mendukung upaya restorasi hutan nasional serta mendorong terealisasinya carbon net sink dari sektor Forest and Other Land Uses (FoLU) pada 2030 yang menjadi prioritas pemerintah,”ujar Nyoman dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (7/9/2022).

Untuk diketahui, foresty and other land uses (FoLU) net sink merupakan keadaan ketika jumlah karbon yang diserap oleh sektor hutan dan lahan sama atau lebih besar dari emisi yang dihasilkan.

Sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution Republik Indonesia dan Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050, Indonesia lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), menetapkan tercapainya carbon net sink pada 2030 khusus sektor hutan dan lahan (FoLU).

Melalui strategi itu, pemerintah mengupayakan sektor FoLU mampu berkontribusi sebesar 60 persen dari total target penurunan emisi nasional.

Identifikasi 838 spesies dan pemulihan kawasan hutan

Nyoman menjelaskan, salah satu pencapaian adalah keberhasilan dalam pengidetifikasian 838 spesies di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang yang merupakan area restorasi RER. Angka ini bertambah 12 spesies jika dibandingkan 2020.

Adapun 838 spesies itu mencakup 78 spesies mamalia, 311 spesies burung, 106 spesies amfibi dan reptil, 196 spesies pohon, 89 spesies ikan, serta 58 spesies serangga.

Dari angka tersebut, sebanyak 39 spesies masuk ke dalam kategori rentan, 18 spesies hampir punah, dan 12 terancam punah dalam daftar The International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Sementara itu, 117 spesies masuk ke dalam daftar The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan 99 spesies tercatat sebagai spesies yang dilindungi oleh pemerintah.

Nyoman melanjutkan, RER juga mencatatkan kemajuan dalam upaya pemulihan hutan dengan merestorasi hutan seluas hampir 12.000 ha.

“Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai metode restorasi, seperti penanaman, pemeliharaan, regenerasi alami dengan bantuan manusia, dan regenerasi alami,” tutur Nyoman.

Melalui upaya pemulihan itu, kata dia, RER mengembangkan 38.000 bibit di tujuh persemaian anakan alam yang tersebar di kawasan RER.

Tak hanya itu, RER juga menjalankan restorasi hidrologis. Salah satunya, melalui pembangunan 87 bendungan yang menutup 31 sistem kanal sepanjang 176,3 kilometer (km) di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Sebagai informasi, sepanjang 2021, tim ekologis RER juga berhasil merekam kemunculan kucing tandang (Prionailurus planiceps) di Semenanjung Kampar. Keberhasilan ini pun dipublikasikan dalam artikel jurnal yang telah ditinjau oleh peneliti lain di Oryx – The International Journal of Convention pada 2021.

Selain itu, selama delapan tahun terakhir, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak terjadi di area RER, yakni di Semenanjung Kampar. Hal ini dicapai berkat komitmen kuat seluruh pihak dalam upaya restorasi dan perlindungan hutan yang juga melibatkan masyarakat sekitar.

Upaya tersebut juga dilakukan melalui kehadiran pusat penelitian lahan gambut Eco-Research Camp yang telah beroperasi penuh di Semenanjung Kampar pada 2021. Fasilitas ini diharapkan dapat menjadi pusat eksplorasi, edukasi, dan kolaborasi dalam memajukan pengetahuan mengenai lanskap rawa gambut tropis di Indonesia.

Sementara itu, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sihol Aritonang mengatakan bahwa pencapaian yang dicatatkan RER tak terlepas dari komitmen APRIL Group terhadap pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Sihol menjelaskan, komitmen tersebut merupakan bagian model produksi-proteksi. Artinya, pengembangan ekonomi dan sosial yang dilakukan APRIL Group terintegrasi dengan perlindungan lingkungan.

“RER merupakan salah satu komitmen nyata APRIL Group dalam mendukung upaya nasional dalam bidang keanekaragaman hayati serta pengendalian perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon,” ujar Sihol.

Lebih lanjut Sihol menjelaskan bahwa upaya APRIL Group dalam menjaga dan melindungi lahan gambut sejalan dengan komitmen APRIL2030 yang diluncurkan oleh perusahaan pada November 2020.

Komitmen bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi alam, iklim, dan lingkungan, sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan.

Sebelumnya, APRIL Group menginvestasikan 100 juta dollar AS untuk upaya restorasi dan konservasi APRIL Group selama 10 tahun.

Lewat APRIL2030, komitmen investasi APRIL Group juga diperkuat dengan menyisihkan satu dollar AS dari setiap ton serat hutan tanaman industri yang dipanen per tahun.

APRIL Group juga mendukung pelestarian satwa liar di Indonesia, termasuk jenis satwa yang terancam punah, melalui kemitraan dan kerja sama dengan berbagai pihak.

error: Content is protected !!