Kisah Abigail Johnson, dari Kerja Part Time Kini Jadi Wanita Terkaya di Dunia

redaksiutama.com – Wanita juga tidak kalah dalam mencari pundi-pundi uang, bahkan bisa menjadi wanita terkaya di dunia. Seperti Abigail Johnson yang selalu masuk dalam jajaran wanita terkaya di dunia versi Forbes.

Pemilik nama lengkap Abigail Pierrepont Johnson merupakan CEO Fidelity Investments, sebuah perusahaan jasa keuangan besar di Amerika Serikat (AS). Johnson telah menjabat sebagai CEO sejak 2014 silam, menggantikan ayahnya Ned Johnson III yang meninggal dunia pada Maret 2014.

Mengutip dari Forbes, dalam daftar wanita terkaya di dunia 2022, Johnson masuk 10 besar wanita terkaya. Tepatnya menduduki urutan ke-10 dengan kekayaan bersih US$ 21,2 miliar atau setara Rp 313 triliun (kurs Rp 14.800).

Johnson merupakan wanita yang tumbuh di Cambridge. Setelah meninggalkan sekolah menengah, ia belajar di Hobart and William Smith College, lulus pada tahun 1984 dengan gelar sarjana seni dalam sejarah seni.

Setelah lulus, dia sempat bekerja sebagai konsultan di Booz Allen Hamilton. Kemudian dia memutuskan untuk sekolah lagi dan berhasil masuk di Harvard Business School, lulus pada tahun 1988 dengan gelar Master of Business Administration (MBA).

Dikutip dari Money Inc, Johnson sendiri sebelum akhirnya menduduki jabatan sekarang, ia pernah juga menjadi karyawan biasa di perusahaan keluarganya itu. Bahkan mulanya menjadi karyawan part time di Fidelity Investments. Kemudian menjadi karyawan yang berstatus sebagai analis pemula.

Prinsip dari Ayahnya, jika Johnson ingin menjabat pada kedudukan yang tinggi di perusahaan, dia harus melalui proses yang sama seperti karyawan lainnya. Setelah bekerja sebagai analis dan manajer portofolio selama lebih dari satu dekade, ia diangkat sebagai Presiden Fidelity Asset Management pada tahun 2001.

Empat tahun kemudian, ia dipromosikan menjadi Head of Retail, Workplace, and Institutional Business. Beberapa tahun kemudian lagi, Johnson diangkat menjadi presiden pada 2012. Hingga akhirnya pada 2014, dia melangkah ke peran CEO setelah kepergian ayahnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Dalam sejarah perusahaan, Johnson menjadi wanita pertama yang menduduki kursi direksi ataupun CEO. Meskipun proses yang dilaluinya pun juga tidak instan.

Pada tahun pertamanya sebagai CEO saja, Johnson meningkatkan keuntungan Fidelity menjadi lebih dari US$ 5 miliar untuk pertama kalinya dalam sejarahnya.

Johnson juga dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan kesetaraan gender dalam perusahaan. Berkat programnya, kini Fidelity juga mempekerjakan wanita antara umur 14 sampai 22 tahun, yang akan didorong agar mahir dalam bidang jasa keuangan.

Johnson juga merupakan wanita pertama yang menjabat di dewan Financial Services Forum atau Forum Layanan Keuangan, sebuah organisasi kebijakan dan advokasi ekonomi non-partisan yang keanggotaannya terdiri dari CEO dari delapan lembaga keuangan terbesar yang berbasis di AS.

Di balik sisi Johnson yang ambisius dalam bekerja, dia memang sosok yang jauh dari media. Jarang dirinya juga berbicara di depan umum. Meski begitu, diam-diam Johnson merupakan sosok yang senang membagikan sebagian kekayaannya.

Menurut keluarganya, Johnson dikenal sebagai dermawan yang banyak berkontribusi pada berbagai organisasi nirlaba di Boston, bersama dengan Harvard dan Institut Seni Kontemporer.

Selain gemar menyumbangkan sebagian kekayaannya. Johnson juga kerap kali menyumbangkan dukungannya di bidang politik. Pada 2016, diketahui Johnson menggelontorkan US$ 2.700 untuk kampanye kepada calon presiden dari Partai Republik Jeb Bush.Tak lama setelah itu, dia menyumbang sekitar US$ 330.000 untuk kampanye Hillary Clinton dan Komite Nasional Demokrat.

error: Content is protected !!